Suwidiyanti, S.Pd
Memecahkan suatu persoalan memang perlu pemahaman dan beberapa analogi. Siswa tidak hanya mampu mengerjakan soal atau tugas tetapi yang paling penting adalah bagaimana siswa memahami sebuah persoalan dengan berbagai analisa sehingga mampu menerapkan di kehidupan riil. Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana memahami proses berpikir analogi siswa dalam memecahkan matematika.
Memecahkan suatu persoalan memang perlu pemahaman dan beberapa analogi. Siswa tidak hanya mampu mengerjakan soal atau tugas tetapi yang paling penting adalah bagaimana siswa memahami sebuah persoalan dengan berbagai analisa sehingga mampu menerapkan di kehidupan riil. Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana memahami proses berpikir analogi siswa dalam memecahkan matematika.
Penalaran perlu dikembangkan dalam
pembelajaran matematika, sebagaimana tertera dalam KTSP. Salah satu
tujuan umum pendidikan matematika adalah menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Penalaran dijelaskan sebagai
proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Nasoetion (2004: 4) mengatakan bahwa
salah satu manfaat penalaran dalam pembelajaran matematika adalah membantu
siswa meningkatkan kemampuan dari yang hanya sekedar mengingat fakta, aturan,
dan prosedur kepada kemampuan pemahaman. Berdasarkan hal tersebut maka penalaran merupakan kemampuan yang sangat
penting dalam belajar matematika.
Salah satu metode untuk bernalar adalah dengan menggunakan analogi. Soekardijo
(1999:
27) mengatakan bahwa analogi adalah
berbicara tentang suatu hal yang berlainan, dan dua hal yang berlainan
itu diperbandingkan. Selanjutnya ia
mengatakan jika dalam perbandingan hanya diperhatikan persamaan saja tanpa
melihat perbedaan, maka timbullah analogi. Diane (dalam
Setyono, 1996: 3) mengatakan bahwa dengan analogi suatu permasalahan mudah
dikenali, dianalisis hubungannya dengan permasalahan lain, dan permasalahan
yang kompleks dapat disederhanakan. Secara umum, Mundiri (2000: 26)
mengemukakan bahwa terdapat dua analogi yaitu:
1.
Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif adalah analogi yang digunakan untuk
menjelaskan sesuatu yang belum diketahui atau masih samar, dengan menggunakan
hal yang sudah dikenal.
Contoh : Menjelaskan angka
24
2.
Analogi Induktif
Analogi induktif adalah analogi yang disusun
berdasarkan persamaan prinsip dari dua hal yang berebeda, selanjutnya
ditarik kesimpulan bahwa apa yang terdapat pada hal
pertama terdapat pula pada hal yang kedua.
Holyoak (dalam English, 2004: 5) berpendapat bahwa inti
dari penggunaan analogi dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah
siswa menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui untuk memecahkan masalah yang
baru. Hasil penelitian Sasanti (2005) terhadap siswa SMP
menunjukkan bahwa analogi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika. Dengan demikian maka analogi dapat membantu siswa
memecahkan masalah matematika.
Dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 387) pemecahan masalah
merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup
dengan alternatif jawaban tunggal dan masalah terbuka dengan alternatif jawaban
tidak tunggal. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa rendah. Misalnya,
hasil penelitian Indahwarni (2007) mengenai
kemampuan memecahkan masalah matematika bentuk soal cerita pada submateri pokok
keliling dan Luas Persegipanjang dan Persegi menunjukkan bahwa dari 36 siswa
yang diberi tes terdapat 18 siswa (66,6%) yang kemampuan pemecahan masalahnya
tergolong rendah atau kurang. Ruseffendi (1988) menemukan
bahawa kemampuan pemecahan masalah siswa rendah karena kurang memahami konsep,
dan kesalahan konsep disebabkan kurangnya kemampuan penalaran siswa. Utari
(dalam Kariadinata, 2002) menyimpulkan
bahwa baik secara keseluruhan maupun dikelompokan menurut tahap kognitif siswa,
kemampuan siswa SMU dalam penalaran matematika masih rendah. Maka perlu
diketahui bagaimana kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah
matematika.
Novick (dalam English, 1999: 25) mengatakan bahwa
penggunaan analogi dalam memecahkan masalah matematika melibatkan masalah
sumber dan masalah target. Masalah sumber dapat membantu siswa memecahkan
masalah target. Hal ini dapat terjadi jika siswa dalam menyelesaikan masalah
target memperhatikan masalah sumber dan menerapkan struktur masalah sumber pada
masalah target tersebut. Lyn D English (1999: 25-28) menyebutkan bahwa masalah
sumber dan masalah target memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ciri-ciri
masalah sumber:
- Diberikan sebelum masalah target
- Berupa masalah mudah dan sedang
- Dapat membantu menyelesaikan masalah target atau sebagai pengetahuan awal dalam masalah target.
Ciri-ciri masalah target:
- Berupa masalah sumber yang dimodifikasi atau diperluas
- Struktur masalah target berhubungan dengan struktur masalah sumber
- Berupa masalah yang komplek.
Dalam menyelesaikan masalah sumber, siswa akan menggunakan
strategi yang diketahui, konsep-konsep yang dimilikinya, sedangkan dalam
menyelesaikan masalah target siswa akan menjadikan masalah sumber sebagai pengetahuan awal untuk menyelesaikan masalah target.
Novick (dalam English, 2004: 5-6) mengatakan bahwa seseorang dikatakan melakukan penalaran analogi dalam memecahkan masalah, jika:
- Siswa dapat mengidentifikasi apakah ada hubungan antara masalah yang dihadapi (masalah target) dengan pengetahuan yang telah dimilikinya ( masalah sumber)
- Siswa dapat mengidentifikasi suatu struktur masalah sumber yang sesuai dengan masalah target
- Siswa dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan masalah sumber dalam memecahkan masalah target.
Proses berpikir
analogi adalah cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah target dengan
menggunakan masalah sumber. Sternberg dalam (English, 2004: 4-5) menyatakan
bahwa komponen dari proses berpikir analogi meliputi empat hal yaitu:
1.
Encoding (Pengkodean)
Mengidentifikasi soal sebelah kiri (masalah sumber)
dan soal yang di sebelah kanan (masalah
target) dengan mencari ciri-ciri atau struktur soalnya.
2.
Inferring (Penyimpulan)
Mencari hubungan yang terdapat pada soal yang sebelah
kiri (masalah sumber) atau dikatakan mencari hubungan “ rendah “ (low order).
3. Mapping (Pemetaan)
Mencari hubungan yang sama antara soal di sebelah kiri
(masalah sumber) dengan soal yang kanan (masalah target) atau membangun
kesimpulan dari kesamaan hubungan antara soal yang sebelah kiri dengan soal
yang di sebelah kanan. Mengidentifikasi hubungan yang lebih tinggi.
4. Applying (Penerapan)
Melakukan pemilihan
jawaban yang cocok. Hal ini dilakukan untuk memberikan konsep yang cocok
(membangun keseimbangan) antara soal yang kiri (masalah sumber) dengan soal yang
kanan (masalah target)
pembelajaran analogi menarik juga, gak sadar ya ternyata apa yang dikerjakan anak-anak itu masalah sumbernya sama
BalasHapusmakasih mbak, buat tambahan infonya, tak bikin sumber makalah q ya
BalasHapussusah loh cari sumber pembelajaran tentang analogi matematika, yang banyak mesti bahasa indonesia
BalasHapusboleh minta daftra pustaka mengenai pembelajaran analogi ? susah banget bukunyah
BalasHapusantara gambar manik-manik sebelah kiri dan kanan, apakah analog, bagaimana menjelaskannya kalau keduanya analog, apa maksud tanda panahnya?
BalasHapusPasangan gambar manik-manik yang kiri dan kanan, apakah itu termasuk analogi. Bagaimana menjelaskan bahwa itu analogi. Apakah tanda panah menunjukkan analogi?
BalasHapuscara mengobati muntaber
BalasHapusobat tumor payudara
penyebab sakit ulu hati saat hamil
jamu pegal linu
mathcyber1997.com kunjungi jg y
BalasHapus